Friday 30 November 2012

Belum Ada Judul

  Bagiku tidak cukup setengah tahun hari-hariku penuh dengan semerbak gerak-gerikmu. Aku ingin lebih dari itu.....


Saat pandang kita bertemu. Aku mengerti, mas sedang memahamiku.

Saat matamu menatapku,  aku pun mengerti bahwa mas sedang meyakinkanku

;begitulah saat matamu berbicara. Mengungkapkan lebih dari bendungan perasaanmu.

Mengurai kekhawatiranmu akan diriku.

Aku menangkap banyak makna dari siluet tatapmu.



Saat jemarimu mengeja jemariku.

Aku mengerti, mas ingin sekali menuntunku.

Bukan sekedar menuntun melainkan mas juga ingin dituntun.

Maka, saat itu mas benar-benar menggenggam tanganku.

Lagi-lagi mas sedang meyakinkanku

;genggamanmu meyakinkan akan kuatnya perasaanmu padaku.



Saat bahumu begitu tegap disampingku.

Aku mengerti, mas menawarkan sandaran untukku

;sandaran manusiawi yang berfasilitas surgawi.

Begitulah bahumu menyiratkan ketenangan demi menjagaku.



Saat mas mengecup punggung tanganku.

Saat itu mas memajamkan mata.

Sesaat aku kehilangan siluet matamu.

Namun, mas menggantinya dengan sketsa kehangatan

;begitulah saat mas meluahkan seluruh rasamu padaku.

Saat itulah aku ingin detik waktu berhenti di suasana ini.



Aroma di setiap saat bersama mas itu menjadi tulisan pada lembaran diari hariku. Sejak kukenal di akhir tahun silam, mas selalu menjadi purnama dihatiku,



”aku sayang padamu,” katamu serius.



”apa yang berbeda dari sayang padaku terhadap yang lain?,” tanyaku tak kalah serius darinya. Cukup kerlingan matamu menjadi jawaban. Tega nian dirimu, mas. Sejak itu aku terus mencari jawaban dari kerlingan matamu.     

 to be continued ..........

Wednesday 21 November 2012

Si Gadis Frankfurt

Seorang gadis berpenampilan lembut menarik perhatian saya di masjid Minggu siang itu. Dia duduk dengan anggun sambil mengulum senyum. Pandangannya tertuju pada tingkah lucu anak-anak yang duduk melingkar mengitari seorang guru yang sedang melatih mereka menghafal bacaan shalat.
“Hmmm…siapa dia ya?”rasa penasaran menyergap pikiran saya. Namun saya urungkan niat untuk menyapanya khawatir mengganggu proses belajar-mengajar saat itu. Selang berapa detik kemudian saya pun terhanyut dalam suasana cerianya anak-anak yang semangat mengikuti kata per kata yang diucapkan sang guru.
Tak lama kemudian terdengar suara muadzin mengumandangkan adzan. Kami semua segera menghentikan aktivitas lalu mulai mengantri wudhu. Usai berwudhu, saya segera menuju ruang shalat. Di shaf paling depan dan dua baris sesudahnya para pria dan anak-anak kecil telah berbaris rapi. Sementara itu di shaf tempat anak-anak perempuan, nampak seorang guru sedang sibuk mengenakan mukena pada anak-anak yang masih kecil. Saat hendak menuju shaf paling belakang, saya terkejut karena si gadis anggun tadi telah duduk di barisan yang hendak saya tuju.
Dia menyunggingkan seulas senyum kala saya menghampiri dan duduk sebelahnya. Saya pun membalas senyumnya sambil menata hati mengusir segala ragu untuk mengulurkan tangan padanya. Akhirnya kami pun bersalaman sambil menyebutkan nama masing-masing. Tak berapa lama kemudian muadzin mengumandangkan iqomat, serentak semua jamaah berdiri. Dia pun ikut berdiri lalu merapatkan tutup kepala dari jaket putih yang ia kenakan. Secara spontan saya meminta seorang sahabat mengambilkan mukena untuknya. Terlihat raut senang terpancar di wajahnya kala dibantu sahabat saya mengenakan kain untuk shalat itu.
Ada rasa haru menjalari hati saya tiap kali imam bertakbir memimpin gerakan shalat siang itu. Subhanallah! Sungguh tak saya sangka sebelumnya, ternyata ketika tadi dia menyampaikan keinginan untuk mempelajari shalat adalah dengan ikut melakukannya. “Ya Allah, semoga masjid ini dan orang-orang yang memakmurkannya menjadi jalan baginya untuk memperoleh hidayahMu!” pinta saya di penghujung doa.
Usai shalat, kami segera berkemas karena hari itu kami berencana mengunjungi sebuah bazaar penggalangan dana. Sayang sekali dia tak bisa ikut kami karena mesti bekerja. Saat hendak berpisah, dia berbisik menyampaikan rasa sukanya telah ikut shalat dan berjanji akan kembali datang di hari Selasa saat ta’lim ibu-ibu rutin dilaksanakan.
———————————

Sosok anggun itu kembali hadir di masjid sesuai janjinya beberapa hari lalu. Saya baru menyadari kehadirannya usai membaca quran secara berkelompok pada sesi pertama pengajian selesai dilaksanakan. Saat menunggu ceramah pada sesi berikutnya, saya manfaatkan waktu jeda itu untuk mengenalnya lebih jauh. Sejenak saya coba kumpulkan kosakata Jerman yang masih terbatas dalam memori saya dan beranikan diri untuk memulai percakapan dengannya.
Akhirnya saya tahu, dia adalah seorang mahasiswi Universitas Humboldt yang sedang mempelajari Indonesia. Hmmm…Saya jadi teringat beberapa waktu lalu dari universitas yang sama sekelompok muda-mudi rajin mendatangi masjid dan bertanya banyak hal pada pengurus. Tetapi gadis yang mengaku berasal dari Frankfurt ini tidak saya lihat berkelompok dengan mereka. Entahlah saya tak berani bertanya lebih lanjut.
Ketika saya sibuk meredam niat untuk bertanya banyak hal padanya, tiba-tiba saja dia bertanya apakah saya bisa membaca Quran. Saya mengangguk, lagi-lagi dia bertanya apakah saya membaca tulisan arabnya atau terjemahannya. Saya kembali menjawab, dua-duanya. Terlihat sorot kagum darimatanya, lalu dia mengatakan bahwa dirinya baru bisa membaca terjemahan. Rupanya, tadi dia mengambil dari rak masjid sebuah quran terjemah berbahasa Jerman. Saya katakan padanya, bahwa suatu saat dia pasti bisa membaca al-Quran.
“Wirklich?” ia bertanya antusias. Sekali lagi saya lihat binar penuh harap dalam tatapan matanya. Saya mengangguk mantap sambil memperlihatkan sebuah buku IQRA kemudian lembar demi lembar saya buka, mencoba mengenalkan huruf-huruf hijaiyah kepadanya. Dia memperhatikan huruf-huruf itu dengan seksama, kemudian tersenyum. Entahlah, apa maksud senyumnya kali ini.
Saat ceramah berlangsung, gadis Frankfurt itu duduk sebelah saya. Nampak dia begitu serius mendengarkan uraian sang ustadzah. Untunglah seorang sahabat membantu menerjemahkan ke dalam bahasa Jerman isi ceramah yang pada kesempatan itu membahas tentang asma’ul husna. Dia terlihat mengangguk-angguk senang menyimak penjelasan dari sahabat saya itu. “Ya Allah, jadikanlah tuturan sahabat saya itu menjadi jalan baginya menempuh jalan kebenaran”, doa saya dalam hati.
Di penghujung acara pengajian, saat biasanya ibu-ibu “menyerbu” ruang belakang tempat beraneka ragam makanan ala Nusantara tersaji, gadis Frankfurt itu pun turut serta. Dia terlihat begitu senang dengan suasana makan bersama tersebut. Sambil menikmati makanan, dia bercerita pada saya tentang keluarga dan aktivitasnya. Sayang sekali saya tak bisa berlama-lama mendengarkan ceritanya karena jam sudah menunjukkan waktu menjemput anak tiba.
Saat berpamitan padanya, dia merangkul saya sambil menyampaikan rasa senangnya bisa berjumpa dan berkumpul dengan muslimah-muslimah Indonesia, dan dia ingin kembali mengikuti kegiatan ta’lim tersebut di pekan mendatang.
“Saya bisa bicara bahasa Indonesia sedikit, tapi saya mengerti kalau orang Indonesia bicara..”.tiba-tiba saja kalimat itu terucap dari lisannya dengan sedikit susah payah.
“Kalau begitu sering-seringlah kemari, ” kata-kata itu spontan saya ucapkan karena kaget campur gembira dengan apa yang baru saja saya dengar darinya. Terlintas kembali sikap saya saat makan bersama tadi yang lebih banyak mendengar dari pada bicara karena keterbatasan bahasa.
Ia mengangguk menyetujui tawaran saya. Akhirnya saya benar-benar pamit dan segera bergegas menuju pintu. Dalam bis yang mengantarkan saya pulang, tak henti kudoakan gadis Frankfurt itu mendapat cahaya hidayahNya... Insya Allah.

Friday 16 November 2012

Genangan Darah Cinta Palestina

Surat cinta terkirim kepenjuru dunia
dengan segenap asa kedamaian
kata cinta sebagai karunia
hanya terpendam di medan pertempuran

ingin rasanya menuai surga
kala tetesan dara berkucuran
dalam setiap sayatan luka
di sekujur tubuh yang telah tak terhiraukan

kini, setiap hembasan napas
mengalir bersama darah segar yang suci
demi mempertahankan hak-hak yang dirampas
oleh para koloni-koloni zionis banci


Palestina,
Negeri sempit, pendudukmu bagai angsa-angsa putih,
dan sebuah nilai perjuangan berkobar di atas jantungmu
Belum juga ada kedamaian atau kemerdekaan berdentang
Yang ada hanya mereka dengan kata-kata zionism-nya
Menoreh darah derita pada permukaan pasir suci
Hanya kau, Palestina, dengan sebutir peluru di dada
menghirup nafaspun sesak,
letusan dan kedamaian beku


Masya Allah,
Berpuluh tahun para peserakah datang dan pergi
mengumbar angkara
Perang, puing-puing, mayat-mayat, bangkai berserakan
Sebuah perjanjian tak berarti akan selesaikan nasibnya
di belantara negeri yang sedang terbakar
Pion-pion perdamaian kini tak lagi berpacu
Sementara anjing zionis menyalak berdalih
Dan pioner itupun menundukkan kepala
di atas bukit pyramid
dengan teriakan melengking seperti jeritanmu
yang diberondong seribu peluru
Hatiku berkecamuk ketika kudengar mulut-mulut peserakah berkoar
sehingga paha mulus zionis sekarang
menantangku berkelahi
di tanah Gaza yang terbangun
oleh benteng-benteng kemurkaan


Walau nyawa telah berada tinggorokan
selagi jantung masih bedetak
walau harus merangkak-rangkak,
selagi nadi masih berdenyut
kobaran jihad takkan pernah surut

setiap peluru musuh yang menembus kulit
adalah penambah kekuatan perang
setiap tetesan darah yang mengalir dari jantung
adalah pembakar semangat jihad

Berjuang dengan segenap jiwa dan raga
membela palestina tercinta
adalah niat luhur para syuhada
tuk menggapai ridha Azza wa Jalla

Surat Untuk Sang Kekasih

Duhai Kekasih yang tak pernah ku temui…
Ketika semua tinta pena telah kering dan mulai memutih…
Ketika semua irama telah mati…
Ketika semua kehidupan telah sesaat terhenti…
Saat itulah hati mencoba untuk mengukir dan melukis bayang Diri-Mu yang mulai terpatri…
***
Duhai Kekasih yang tak pernah ku temui…
Waktu ku hidup memang tak selamanya dan itu kusadari…
Waktu ku menapak jalan memang tak selamanya dan itu kusadari…
Waktu ku menikmati bumi memang tak selamanya dan itu kusadari…
Saat itulah hati mencoba untuk mengukir dan melukis bayang Diri-Mu yang mulai terpatri…
***
Duhai Kekasih yang tak pernah kutemui…
Dari sekian waktu ku tarik nafas dan hembuskannya kembali…
Dari sekian waktu ku membuka mata dan menutup kembali
Dari sekian waktu ku berjalan dan berhenti kembali…
Saat itulah hati mencoba untuk mengukir dan melukis bayang Diri-Mu yang mulai terpatri…
***
Duhai Kekasih yang tak pernah ku temui…
Ijinkanlah ku bersimpuh lebih dari detik yang telah Kau tetapi…
Ijinkanlah ku bersujud walau masih saja mencari nurani…
Ijinkanlah ku tumpahkan segala airmata walau tak pernah teryakini…
Saat itulah hati mencoba untuk mengukir dan melukis bayang Diri-Mu yang mulai terpatri…
***
Duhai Kekasih hati yang tak pernah ku temui…
Masih pula banyak luka dan onak dalam hati…
Masih saja banyak dusta diri yang tak tersadari…
Masih saja banyak airmata sebagai sesal hati…
Saat itulah hati mencoba untuk mengukir dan melukis bayang Diri-Mu yang mulai terpatri…
***
Duhai Kekasih yang tak pernah ku temui…
Kelak setelah nanti waktuku telah terhenti…
Kelak setelah airmatapun tiada arti lagi…
Kelak setelah semua sesal diri telah habis pergi…
Berikanlah kesempatan untuk diri hina ini memandang Cahaya Diri-Mu yang begitu Suci…
Walau hanya dua detik, sampai akhirnya mata ku tutup kembali…
Ijinkanlah indahnya Cinta-Mu walau hanya se-ara, namun itu pun yang sekarang kupendam dan tak pernah mati…
Matikanlah ragaku tetapi tidak dengan Cinta ini…Duhai Kekasih yang tak pernah ku temui…

Friday 2 November 2012

Muhasabah Malam "AZIZAH SEKARANG DITEMANI ALLAH, MAMA...

"AZIZAH SEKARANG DITEMANI ALLAH, MAMA...
posted by : penenun Kata 

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim...Namaku Azizah, aku murid kelas 3 SD. Mamaku.. dia seorang yang sangat baik dan penyayang. Walaupun jarang bertemu aku karena harus bekerja, tapi mama adalah satu satunya yang aku punya, selain si mbok yang selalu menemaniku setiap hari di rumah.

Hari ini aku ditanya temanku, "Mana papa kamu? kok nggak pernah jemput ke sekolah?". Aku bingung, apa itu "papa" ?. Dia bilang papa adalah seorang cowok sama seperti dia. Kok aku nggak pernah lihat dirumahku ada orang seperti cowok.

Aku pulang ke rumah, aku bertanya pada mama, apa itu cowok dan apa itu "papa". Tapi entah kenapa mama menangis. Apa aku jahat? aku belum pernah melihat mama menangis. Dan sekarang aku membuat mama menangis.

Mama hanya memelukku. Dan bilang "Papa kamu jahat, dia tidak menginginkanmu, sayang. Dia suka memukul mama". Mama terus memelukku erat.

Aku menyeka air matanya. Mama terheran melihatku tersenyum.
" Kenapa kamu tersenyum? "

" Apa papa itu cowok seperti Haris teman sekelasku ma?"
" Iya"

" Ma, jangan sedih. Yuk kita maafin papa"
" Maksud adek apa?"

" Papa kan cowok sama seperti Haris. Haris setiap hari menggangguku dikelas. Jajanku suka diambil sama dia, ma. Dia juga nggak suka kalau aku dekat dekat dia, dan aku juga suka dipukulnya."

" Kamu nggak balas, sayang ? "

" Tapi bu guru bilang, kata Allah kita harus memaafkan. Allah suka sama orang yang memaafkan" Jawabku sambil tersenyum

Ya Allah, kenapa mama tambah menangis... aku salah ya?

Hari ini aku tidak melihat mama ada di rumah. Akupun asik main boneka dan kelereng di depan rumah sendirian.

Tiba- tiba mama menghampiri aku

" Mama pulaaaang" Aku menyambutnya dengan gembira.
" Lagi main apa sayang" Tanya mama

" Main kelereng, ma"
" Anak cewek kok main kelereng ?"

" Katanya bu guru aku bisa sambil belajar berhitung. Senin, selasa, rabu, kamis..."

" Berhitung hari?"

" Iya. Mama aku kasih 20 kelereng ya. kita masukkan dalam botol ini. Hari ini sama besok berarti kelerengnya udah berkurang dua ya ma? tinggal 18 lagi."

" Pinter anak mama" Kata mama sambil tersenyum

Aku senang sekali melihat mama tersenyum

" Ma, kalau nanti kelerengnya tinggal satu. Berarti harinya tinggal satu ya ma"

" Maksudnya adek?"
" Berarti kalau kelerengnya habis kan harinya juga habis"

" Lalu", Mama masih bertanya
"Berarti nggak bisa hidup lagi ya ma. Terus bisa ketemu sama Allah. asiiik"

" Azizah kok bilangnya gitu"
"Yah biar nanti tiap pagi Azizah ditemani sama Allah. Kan mama sibuk kerja. Azizah seneng kalau ada yang menemani gitu ma."

Ya Allah mama memeluk aku dan menangis (lagi)...

" Mama jangan menangis. Azizah di critain sama bu guru, kalau surganya Allah itu indah. Azizah bisa setiap hari main disana. Jadi mama nggak perlu sedih, Azizah nggak sendirian kok."

Kali ini aku semakin nggak ngerti mama mencium dan memelukku eraaat sekali.

Ahhh....senangnya hari ini bisa sarapan sama mama.

" Ma, kok nggak kerja?"

Mama hanya tersenyum

" Mama jadi ngajak aku jalan- jalan hari ini?
" Iya sayang" Jawabnya singkat

Aku segera membereskan mainanku, namun ketika aku melewati kamar, aku dengar mama marah- marah dengan seseorang di telepon. Mama bilang sekarang sudah tidak kerja. Dan mama protes karena uang yang diberi orang itu kurang. Aku bertanya didalam hati, siapa orang itu?

Aku pergi ke kamar dan memecahkan celenganku. Wah uang koinku banyak sekali, ini pasti cukup untuk bantu mama, pikirku.

" Ma, ini uang tabunganku." kataku

Aku menaruhnya di dalam sarung bantal karena jumlahnya yang banyak.

" Ini apa sayang?"

" Ini uang tabunganku ma, biar mama nggak bingung lagi, katanya uang mama kurang"

" Sayang kamu dengar dari siapa?"

" Tadi kan mama telepon. maap tadi adek nggak sengaja dengar. Mama, kalau bisa jangan marah sama orang yang sudah beri kita uang. Azizah juga nggak pernah protes diberi uang saku berapapun sama mama. Azizah udah seneng kok ma" kataku sambil memeluknya ..

Mama memandangku lama, dan mengangguk sambil senyum. Cantik sekali..

Hari selanjutnya mama mengajakku jalan jalan. Katanya mau ketemu bu dokter di rumah sakit. Aku diminta mama, untuk menunggu di luar bersama si mbok. Ramai sekali disini. Aku coba membuka pintu, dan aku mendengar bu dokter bilang " saya rasa tidak lebih dari sebulan..."

Ya Allah, apa dokter itu orang jahat? kok dia buat mamaku menangis lagi. Aku buru buru menutup pintu itu.

Setelah di mobil aku bertanya,
" mama, kok mama menangis terus.? "
" nggak, mama nggak apa- apa sayang"

" ma, li..likimia itu apa?

Mama tiba tiba menghentikan mobil dan memandangku. Agak lama mama memandangku, sebelum akhirnya tersenyum.

" Itu nama Musuh kita sayang"
" Dia jahat ya ma? Kita ajak kerumah saja ma, biar nanti aku ajak main, aku bagi mainan deh. Pasti dia nggak jahat lagi"

Mama tidak menjawab apapun dan melanjutkan perjalanan pulang

Sudah 3 hari ini aku tidak masuk sekolah. Dan suatu malam, tiba tiba badanku menggigil, dan cairan putih keluar dari hidungku. Mama memelukku erat. Tapi entah kenapa makin lama aku makin susah bernafas.

" Mama, kelereng di botolku kok sudah habis?.."

Mama tidak menjawab apa- apa dan masih saja terus menangis. Si mbok juga disebelahku. Dia memijit kakiku.

" Sudah Adek istirahat saja ya sayang"
" Mama saja dulu. Jangan kawatir, besok ada Allah yang menemaniku di surga ma."

Aku merasa pandanganku tambah kabur dan gelap.

" Ma, apa mama masih marah sama papa?"

Aku tak mendengar mama menjawab apapun

" Jangan marah ya ma, Papa pasti orang baik. Karena mama juga baik. mungkin Azizah yang tidak baik. Gara- gara Azizah papa jadi pergi. Nanti kalau ketemu papa, tolong sampaikan kalau Azizah kangen ya ma"

" Iya sayang" Jawab mama sambil terisak

"Nanti Azizah akan bilang sama Allah biar kita semua, mbok juga, bisa berkumpul di surganya Allah yang indah. Azizah juga mau bilang sama Allah biar mama nggak diminta kerja lagi di surga, jadi mama bisa temani Azizah tiap hari. ya ma? "

" Iya sayang"

"Mama,.... semua gelap, Azizah tidur dulu................."

(syahidah)

Wallahua’lam bish Shawwab ....